Friday 22 November 2013

Senasib episode 1

     Hai ini hari sabtu ya, wih, udah mau masuk desember euy. pastinya udah punya rencana dong untuk malem tahun baruan. iya deh yang punya pacar, jadi bisa berduaan terus romatis-romantisan sama pacarnya. atau yang masih kuliah bisa banget seru-seruan sama temen kuliahnya. atau mungkin yang udah berkeluarga, pasti bakal menghabiskan malam tahun baru dirumah atau makan malam bersama dengan keluarga kecilnya.
     Yang repot ya potongan-potongan kayak saya ini. Pacar nggak punya, berkeluarga apalagi, pastilah belum, dan ironis nya sudah lulus kuliah. belum dapet kerja lagi. double triple bahkan multi ironis kan. yah pada dasarnya sih saya manusia sosial yang punya banyak teman. saya sih mengakui nya teman, tapi entah mereka mengakui saya apa nggak. at least saya bisa menghabiskan malam tahun baru dengan teman yang mana saja. selama mereka juga tidak memiliki rencana dengan teman yang lain.
     Tapi tengsin juga kalo setiap tahun baru harus ngeribetin temen-temen untuk buat acara. konsep dasarnya sih untuk menjalin tali silaturahmi, tapi selalu ada udang di balik batu. udang nya ya supaya malam tahun baruan nggak sendiri, alias keliatan sibuk kayak yang lain. nggak mau dong ya di cap anti sosial sama keluarga sendiri gara-gara malam tahun baruan malah tidur dirumah. kesannya kasihan banget gitu nggak punya temen.
     Beruntungnya saya yang memiliki teman-teman senasib seperjuangan. yah mereka sama gitu kayak saya, single, belum berkeluarga, dan sudah lulus kuliah. cuma bedanya mereka sudah bekerja sedangkan saya masih santai dirumah. namun diluar itu semua kami bisa punya perasaan yang sama apabila malam tahun baru tiba. jadi jauh-jauh hari sebelumnya biasanya kami sudah merencanakan pesta kami sendiri secara detail. awalnya terasa ironis sekali ketika beberapa pemuda dan pemudi berkumpul tanpa kekasih dengan masalah masing-masing di sebuah rumah. namun entah mengapa kami menikmatinya. but it is not better than sex. sex still better than it.
     Saya selalu datang dengan kisah yang sama di setiap tahun. berusaha mendekati wanita, si wanita tidak merespon, lalu berhenti di tengah jalan. Sedangkan kawan-kawan saya yang lain datang dengan kisah yang berbeda. lebih baik dari saya? tidak juga. lebih ironis dari saya? bisa jadi. lebih drama daripada saya? itu pasti.
     Salah seorang teman saya, ia wanita dengan sisi urban yang tinggi. kadang ia tertawa kencang sekali, kadang ia mengumpat dengan kesal, dan selebihnya ia hanya berbicara dengan suara yang keras. ia mengalami banyak perubahan semenjak terakhir kami bersama di SMA. Kemudian ia masuk universitas negeri terpandang dan mulai menata penampilannya. jika dulu ia jarang mendapat pacar, justru sekarang ia dipusingkan dengan pacarnya.
     Ia datang dengan cerita orang tua yang menentang hubungannya dengan sang pacar. penyebabnya banyak namun teman saya terlalu keras untuk membuka matanya dan melihat kenyataan yang ada. ia pernah sekali bercerita kepada saya tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh pacarnya. kemudian ia juga pernah bercerita tentang keadaan motornya yang rusak karena dijatuhkan pacarnya dan kemudian motor itu juga hilang di rumah sang pacar. mungkin terdengar wajar, namun hal ini menjadi tidak wajar ketika hal ini menimpa putra atau putri kita besok.
     Alasan sang orang tua jelas, si pacar tidak bisa menunjukkan sikap gentleman kepada keluarga teman saya. bahkan teman saya harus menjelaskan sendiri duduk perkara mengenai peristiwa tersebut. menyedihkan memang, dan tentu saja ketika ia bercerita ada banyak drama di dalam sana. tapi begitulah orang tua, mereka setia pada sudut pandangnya dan sulit untuk bisa merubahnya. kecuali jika kita mampu dan bersungguh-sungguh melakukannya.
      Bahkan ada juga pasangan yang sudah menikah namun tidak mengantongi restu dari orang tua nya. cinta itu rumit karena manusia yang membuatnya rumit. jangan sampai aja kalo ada masalah dalam rumah tangga kemudian orang tua kita tau dan berkata, "Bapak/ibu bilang juga apa,kamu sih nggak mau nurut." itu double tekanan batin kalo menurut saya.
      Sampai pada akhirnya teman saya itu serius mengakhiri hubungannya dengan pacarnya. ternyata bukan hanya orang tua nya yang tidak setuju, teman-teman saya yang lain juga menyatakan keberatannya. watch out boy, girl is always follow her friend's suggest. namun nama nya cinta mau apa lagi. setelah putus pun teman saya ini masih terus memikirkan mantannya sampai berharap untuk balikan. nggak tahu juga ding si mantan berpikiran yang sama apa nggak. kalo uda punya gebetan lain bisa apa.
      Mungkin karena trauma dengan pengalaman yang lalu sampai sekarang pun teman saya belum menggandeng pasangan lagi. secara fisik dan sifat teman saya bukan ciri orang yang susah mendapatkan pasangan. namun entah karena standar yang tinggi atau belum bisa membuka hati, temen saya ini masih setia sendiri. ya sebelas duabelas lah sama saya. cuma bedanya kalo saya karena nggak laku, dan perempuan-perempuan merasa lebih nyaman berteman dengan saya daripada pacaran. ya saya juga bisa apa. i deserve to be girlfriend not to be boyfriend.
      Itu salah satu teman saya yang mungkin tahun ini juga bakal merayakan malam tahun baru dengan saya. We'll see apakah dia masih single sampai akhir bulan depan. Kalo saya sih optimisnya saya yang masih single. hehehe. yaudah bye dulu sementara. sebelum ngomongin temen saya yang lainnya. tabe'!!

No comments:

Post a Comment