Thursday 16 January 2014

Gemini

       Halo, selamat malam semua. Gimana nih kondisi kalian di awal 2014 ini? Yah semoga kalian bisa jaga kesehatan di tengah dinginnya udara dan kencangnya angin akhir-akhir ini. Banyak hal yang terjadi di awal tahun 2014. Tentu saja yang terjadi di negara kita. Gunung Sinabung yang meletus lagi, Jakarta yang kebanjiran lagi, sampe Manado yang banjir bandang. Yah setidaknya nggak cuma kehidupan kita aja yang dramatis. Ibu pertiwi pun tak mau kalah dramatisnya.
       Ngomong-ngomong ini post pertama saya di tahun 2014 lho. Wah menyenangkan sekali punya tempat untuk menyampaikan aspirasi. Alih-alih membahas soal politik, ekonomi, dan hankam saya malah asyik membicarakan kehidupan orang lain. Yang tentu saja sebagian besar ada di kehidupan saya. Yah mau diapakan lagi, hidup saya tidak bisa jika tidak mengamati kehidupan orang lain. Karena saya yakin, saya bisa belajar banyak dari kehidupan orang lain.
       Pada post-post terakhir saya di bulan Desember kemarin saya sibuk membicarakan teman-teman SMA saya. Individu-individu yang memiliki kemungkinan besar untuk menghabiskan malam tahun baru bersama saya. Namun ternyata perkiraan saya meleset. Saya mengkhianati mereka dengan pergi bersama teman-teman organisasi saya. Menyebalkan? Bukan, itulah pilihan. Dan saya harap saya tidak menyesali pilihan tersebut.
       Sesungguhnya aneh juga jika kita berpikir mengenai identitas kita. Tentu mayoritas dari kita adalah orang muslim, tapi mengapa kita begitu semangat memperingati tahun baru masehi. Sesuatu yang berbeda dari ajaran yang kita ketahui. Tapi itulah hidup, jangan terlalu banyak dipikirkan, jalani saja. Jika tidak bahagia di akhirat, setidaknya kita sudah bahagia di dunia. Terdengar atheis? Tapi inilah realita.
       Sebagian besar waktu saya di tahun 2013 saya dedikasikan untuk keluarga. Terkadang saya berperang dengan batin saya mengenai apa yang sedang saya lakukan dan apa yang akan saya lakukan. Namun sebagian besar jawaban dari pertanyaan saya hanyalah omong kosong. Sampai pada waktunya saya baru menyadari bahwa saya terlalu banyak mengeluh. Bukan mengeluh dalam arti kekanakan, namun mengeluh kepada tuhan.
       Dari hobi saya belajar dari kehidupan orang lain saya baru paham akan arti kata bersyukur. Teman saya mungkin tidak seberuntung saya. Beberapa sudah yatim, ada yang tidak akur dengan keluarganya, ada yang menyimpan kehidupan pribadinya rapat-rapat dari keluarganya. Namun saya tidak demikian. Tapi saya masih saja mengeluh mengapa saya dilahirkan dari keluarga ini. Padahal kawan-kawan saya itu bisa menjalani kehidupannya dengan baik. Sedangkan saya, terisolasi dalam suasana hati yang hitam.
      Banyak mungkin yang menggambarkan saya sebagai sosok periang penuh semangat dan peduli pada orang lain. Namun itulah yang saya pelajari mengenai pencitraan. Saya yang sebenarnya adalah manusia yang naif, pendendam, dan sangat anti disalahkan, bersifat defensif, dan selalu ingin mendapat sorotan. Itulah mengapa saya percaya seutuhnya akan zodiak saya. Gemini. 2 sosok dalam satu bintang.
      Namun terlalu banyak berpikir membuat saya buta akan realita. Teman saya pernah mengajarkan saya mengenai realita. Saya harus segera bangun dari tidur panjang saya dan menghadapi realita tersebut. Bahwa saya bukan remaja belasan tahun lagi. Saya punya tanggung jawab tidak hanya untuk hidup sendiri. Dan realita bahwa jika saya diusir, saya tidak punya apa-apa. Realita itu yang akan saya hadapi sekarang. Walau sudah terlambat untuk menyadarinya.
      Segala sesuatu berjalan tidak baik akhir-akhir ini. Ini bukan keluhan, tapi ini realita. Penyemangat nomer satu saya yaitu teman-teman saya terjebak dalam masalah pelik mereka sendiri. Saya yang dulu akan meluangkan waktu saya untuk mencampuri urusan mereka. Melakukan inter'Friend'tion, gabungan dari kata intervention dengan sisipan friend.
      Namun keadaan saya belum baik untuk melakukan itu sekarang. Saya hanya tidak bisa melihat apa yang ada di sekitar saya menjadi hancur bercerai berai. Tapi saya tidak dalam kondisi prima untuk menyatukannya. Apapun yang mereka putuskan sebenarnya itu adalah hak mereka. Mereka tidak memiliki kewajiban untuk menjaga hubungan baik satu sama lain. Tidak ada undang-undang yang mengatur itu. Namun setidaknya berhentilah mengganggu saya.
      Bukan karena saya kalian berhenti menyapa. Bukan karena saya kalian menyimpan dendam. Dan bukan karena sayalah cinta itu ada. Jalani hidup kalian dengan baik. Tapi bagaimana pun teman adalah penyemangat yang terbaik untuk menjalani hidup. Tapi masalahnya saya tidak bisa mencarikan teman yang seperti itu untuk kalian. Jadi silahkan carilah teman yang sesuai kriteria kalian.
      Saya selalu berusaha optimis menatap realita yang ada. Saya berusaha menyingkirkan sifat naif yang tampaknya sudah melekat pada diri saya. Jika mungkin saya boleh membuat resolusi ditahun ini, saya hanya ingin lebih dewasa. Namun saya tetaplah Gemini yang tampak bersemangat penuh gairah namun pemarah didalam. Dan sebenarnya ingin menjadi lebih dewasa adalah harapan yang sama sekali tidak dewasa.
      Yah mau diapakan lagi. Saya tidak punya wewenang mengatur kehidupan orang lain. Saya bukan pemain catur yang dengan mudah mengatur bidak-bidak caturnya. Saya hanyalah saya, berusaha sebaik mungkin menjadi orang yang baik dan teman yang asyik. Sejarah pertemanan saya selalu berakhir singkat karena saya tidak pernah menetap disatu tempat lebih dari 3 tahun. Jadi jika saya bisa punya teman banyak, saya tidak akan rela melepasnya. Walau mereka menyimpan rahasia dibelakang saya.
      Yaaah lagi-lagi inilah realita yang ada. Semakin bertambah usia kita semakin jauh juga kita dengan teman-teman kita. Yang ada hanyalah partner bisnis, teman kerja, atau tetangga sebelah rumah. Sangat disayangkan kalau semua yang saya banggakan hanya akan menjadi kenangan. Sudah dulu ah ngomong seriusnya. Ntar dikira saya mau ikutan nyaleg lagi. Ngomongin calegjadi inget pemilu. Jadi keinget juga kalo si Satria bergitar mau nyapres. Duh. Baiklah. Sekian. Jaga kesehatan kalian baik-baik ya. Maturnuwun,