Friday 14 October 2016

Sekena Rio

     Hai selamat malam kalian yang masih sibuk ngikutin sidang kasusnya Jesica yang udah kayak telenovela itu. Atau kalian yang lagi ngikutin berita tentang Ahok si orang nomer satunya Jakarta yang bukannya di apresiasi hasil keringatnya justru malah diperkosa kehidupannya. Mmmm kayaknya lebih menarik kasus Jesica sih. Tapi beneran keren ya, nggak ngeduga aja animo masyarakat bener-bener tinggi untuk kasus misterius bak tempe gambus macam begini. Selamat deh buat salah satu chanel TV yang selalu nge-update berita tentang kasus Jesica ini. Lumayan tuh jadi banyak penontonnya ya kan, jadi nggak dicap sebagai chanel yang suka bikin skenario berita sendiri, Beda sih beda tapi ya jangan beda-beda banget lah.

     Kalo ngomong masalah skenario. sebenarnya kita hidup penuh dengan skenario lho. Sadar nggak sih kalo di dalam otak kita pasti kita akan memperkirakan apa-apa saja yang akan kita lakukan di hari itu, atau dengan siapa saja kita akan bertemu, atau hanya sekedar habis ini mau ngapain ya. Apa mungkin itu cuma terjadi sama saya ya? Tapi kayaknya terjadi sama semua orang kok. Sueeer. Bedanya ya kalo saya mikirnya lebih kompleks aja. Hmmm perumahan kali ah, kompleks.

     Skenario adalah urutan cerita yang disusun oleh seseorang agar suatu peristiwa terjadi sesuai dengan yang diinginkan. Dih udah kayak nulis makalah aja, segala ngejabarin artinya skenario. Ya pokoknya itu, dari bangun pagi sampai tidur malam hidup kita pasti dipenuhi dengan skenario. Ala-ala kasusnya Jesica gitulah. Goalnya adalah. ya apalagi selain agar tujuan yang kita inginkan tercapai. Tapi entah kenapa ya, namanya juga hidup, skenario terbaik yang dibuat sang master pun bisa berubah. Penuh improvisasi, jadi yang harusnya telenovela 100 episode udah abis, jadi di panjangin sampe seribu belas juta episode. Udah saking banyaknya. Antara pemeran utama kecelakaan lalu operasi plastik atau sampai peran antagonis yang udah menghilang dimunculkan kembali. Lelah abang Dek dengan kemelut hidup ini. Apaaa cobak!?

"Ya udahlah kalo nggak betah, keluar aja, buat apa mempertahanin sesuatu yang ujung-ujungnya bikin Lo nggak nyaman."

     Kayak temen saya nih, duh lagi-lagi ngomongin orang. Maaf yaaa. Jadi dia punya goal untuk hidup dan tinggal di Bali. Dimana banyak orang yang berpikiran bahwa Bali adalah pulau untuk wisata dan refreshing, tapi dia melihat dari cara pandang yang lain. Bahwa Bali adalah pulau dimana dia seharusnya berada. With no terms and conditions ya. Jadi apapun itu asalkan bisa tinggal di Bali.

     Skenario awal adalah bekerja di perusahaan bonafit yang bisa membiayai kehidupannya di Bali. Improvisasi nya adalah perusahaan yang sudah menerbangkannya ke Bali tidak lagi menjanjikan apa-apa sehingga ia memutuskan untuk cabut. Pertimbangannya adalah, rejeki datang darimana saja, prioritas utama adalah bisa mendapatkan passion pada saat bekerja. Kesimpulannya adalah skenario bisa berubah seketika dan sebesar itu dampaknya, namun seperti air mengalir dari hulu ke hilir. Yang penting kita tahu kemana semua akan bermuara. Mau cari duit dengan cara apapun sangat dilegalkan agar harapan untuk hidup di Bali sesuai dengan ekspektasi bisa terwujud. Ceileeeeh, eh ngapain kamu senyum-senyum? 

       Yang perlu kita sadari sebagai manusia yang memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dari yang kita duga adalah hidup nggak semulus pipi Rangga SMASH. Perlu manuver-manuver canggih untuk melewati segala masalah yang terjadi. Dan semua manuver itu memerlukan pilot terbaik. Dan pilot terbaik memerlukan co-pilot dan navigator terbaik yang selalu berisik mengeluarkan berbagai informasi di telinga. Yah, kita butuh teman terbaik yang bisa menguatkan kita. So skenario bahkan bisa berubah atas dasar saran dan masukan dari teman terbaik tersebut. Kalo yang punya pacar, bolehlah berubah karena si pacar, tapi karena saya jomblo yah, jadi ya nggak ngaruh juga sama skenario hidup saya. Duh.

"Tapi apa sih yang Lo inginkan dari hidup di Bali?"

       Yah, Friend is a good reminder. Bahkan di saat kita tidak fokus dengan tujuan awal kita, seorang teman bisa mengingatkan kita untuk kembali ke track yang benar. Sama seperti teman saya yang lain, pekerjaan telah membuatnya terlalu banyak khawatir akan berbagai macam hal. Bahkan untuk sebotol beer dingin di malam yang panas pun ia bisa menolaknya, dengan alasan besok bekerja. Padahal bisa dikatakan ia telah membuat skenario yang epik tentang kepindahannya ke pulau Bali. Namun begitu sampai di Bali, ia bahkan tidak mengingat lagi tentang mengapa ia ingin sekali tinggal di pulau ini. Ironi. Bukan Ironi Sianturi tapi ya.

       Saya sempat berdecak kagum ketika mendengarkan obsesi mereka berdua untuk tinggal di pulau ini. Tidak berlebihan karena semua impian adalah harta karun yang paling berharga yang memotivasi kita untuk menggali tanah sedalam-dalamnya. Bahkan impian menjadi waitress sebuah restoran pun adalah sebuah impian, bisa jadi menurut orang lain itu adalah lelucon, karena pengalaman hidup masing-masing orang berbeda. Sehingga ada yang sudah sampai level pemikiran, waitress is only a job, but life is not about job. But for that shitty people, waitress is a joke, because that shitty people already sold their soul just for money money and damn money.

"Life is a story. So make yours as a best seller one."

       Saya lupa ungkapan itu datang dari mana atau dari siapa. Tapi bener banget, skenario yang kita buat menghasilkan sebuah cerita dalam hidup kita. Dan cerita tentang kehidupan kita bisa jadi membosankan dan bisa jadi sangat menarik. Tergantung pada siapa pembaca buku cerita kita. Mmmm kalau sampe saya bisa sampe punya buku sendiri, orang pertama yang akan saya tulis namanya pada halaman terima kasih adalah YA SAYA SENDIRI lah yaaa. Pacar nggak punya, gebetan nggak ada, tinder nggak ada yang match. Hmmm duka mendalam menyerang hati hamba. Hih najis!!! Yaudah deh, happy friday night semoga weekend kalian menyenangkan. Daaaagh. Batewe siapa ya Rio? Lupakanlah. Tabi'!?