Saturday 15 February 2014

Ala-Ala (Tanpa El dan Doel)

     Thanks god its saturday!!  Mungkin rangkaian kata ini terdengar aneh ditelinga. Tapi itulah yang saya rasakan saat ini. Saya seperti kembali ke masa sekolah namun dengan jam belajar yang lebih panjang. Tidak pernah sebelumnya terbesit dalam kepala saya akan bekerja di bidang cetak mencetak. Mungkin inilah hal wajar yang dirasakan para desainer grafis seperti saya. Salah masuk kamar.
     Banyak hal yang wajib dipelajari oleh seorang desainer grafis. Bukan hanya mendesain sebuah grafis seperti namanya, namun juga teknik menelejawantahkan desain tersebut kedalam sebuah media. Para desainer grafis yang masuk kedalam sebuah agency advertising bisa dikatakan sudah sesuai kamarnya. Namun yang terjebak masuk kedalam usaha jasa percetakan berkedok advertising macam saya bisa dikatakan salah masuk kamar.
     Contoh nya, ketika kita menjumpai client pada agency advertising (sesungguhnya), client akan meminta dibuatkan sebuah promosi dengan budget tertentu. Disanalah kerja seorang desainer untuk menentukan konsep, media, sampai desainnya. Namun pada agency advertising (ala-ala) kita mendapat email dari client, buat flyer, booklet, spanduk, neonbox, dan lain-lain yang sudah ada desain nya. Nah kita tinggal ngelay-out terus diproduksi sesuai perintah client. Itulah kenapa saya bilang saya salah kamar.
     Tapi setiap hal yang buruk pasti ada sisi baiknya. Maklum orang jawa, udah sugesti mikir kayak gitu. Orang kecopetan apa tabrakan aja masih ada untungnya. Untung STNK nggak di dompet, untung kepalanya nggak kebentur aspal. Padahal posisi udah kena musibah. Hehe. Tapi itulah. Karena bekerja di agency advertising ala-ala ini saya bisa mengasah kemampuan ngelay-out saya yang masih payah rupanya. Ngelay-out beda sama ngedesain loh ya. Ngelayout itu cuma ngatur file biar bisa gampang di produksi, nggak makan bahan banyak, dan memudahkan tukang finishing motong atau ngejilid hasil cetakan.
      Oh iya, satu lagi mamen, saya jadi bisa ngutak-atik mesin cetak, mesin potong, mesin laminasi. Entah ini kemajuan apa justru kemunduran. Tapi kalo masalah mental saya jauh lebih matang. Usahakan di awal karier kita harus dapet bos yang tukang ngomel. Supaya kedepannya kita bisa lebih santai menghadapi para bos-bos kita yang pastinya nggak kalah nge bete in nya. Alah paling kalo kalian jadi bos, kalian juga bakal nge bete in kayak bos-bos pada umumnya. Karena mungkin itu salah satu kunci sukses menjadi bos. Asal nggak seenaknya aja njatuhin harga diri karyawan di depan client. Sorry yang barusan sedikit curhat.
       Ya itu aja sih yang mau saya sampaikan. Di dunia desainer mah nggak betah kerja disatu tempat itu uda biasa terjadi. Saya sering ngelamar di perusahaan A B C D dan saingan saya adalah para om-om desainer. Yang penting jangan pernah puas sama apa yang didapetin. Kita hidup di dunia kreatif, dan sayangnya jaman semakin canggih sehingga lukisan manual tangan kamu harganya bakal kalah sama wallpaper bahan sticker yang gambarnya hasil download di google. Jadi ya terus belajar. Karena udah jadi takdir kita sebagai manusia untuk belajar. Sering-sering travelling supaya perustakaan visual kita juga terus bertambah.
        Dan ingat pesan ibu peri, jangan terlalu nyaman pada suatu kondisi. Karena justru rasa nyaman itulah yang membuat kita berhenti berkembang. Bukan karena nggak pernah dipupuk atau nggak pernah disiram loh ya. hehe.Yaudah deh, sekian dulu tulisan sok tau saya ini. Semoga kalian tak bosan membacanya serta tidak melaporkan tulisan saya sebagai tulisan asusila karena saya nulisnya dengan bertelanjang. Mari ki di'!!

No comments:

Post a Comment