Sunday 9 February 2014

#1 Week in Bali

   Hai selamat malam semua. Sugeng ndalu. Sugeng rawuh. Sugeng tanggap warso. Sugeng apa ajalah. Lama juga nih saya nggak cuap-cuap di blog saya. Blog nyampah yang isinya pergunjingan dan perdebatan panjang di dunia saya sendiri. Yah itung-itung mengurangi beban pikiran saya lah mengenai orang-orang di sekitar saya yang notabene nya nyentrik-nyentrik
   Ngomong-ngomong masalah orang-orang disekitar saya jadi rindu sama mereka. Hari ini udah genap 8 hari saya menetap di pulau dewata Bali. Sedikit mendadak memang karena saya tipe pengambil keputusan yang spontan. Jadi ya kesempatan untuk bekerja di Bali tidak mungkin saya tangkis begitu saja. Apalagi saya memang sudah kebelet merantau. Entah kemana juga bakal saya jabani. Bukan karena saya identik dengan jamban loh ya. Karena sudah tertanam dalam otak saya bahwa hidup itu singkat, dan akan lebih singkat lagi jika kita tidak mencoba keluar dari zona nyaman.
   Tapi ya itu tadi, banyak yang harus kita tinggalkan. Yang pertama adalah bantuan. Baik itu bantuan finansial dari keluarga, maupun bantuan-bantuan kecil dari teman-teman. Seperti nganter pergi ke tempat A, B, C, D. Bantuin dengerin keluh kesah kita tentang masalah cinta-cinta an atau masalah keluarga. Maupun bantuan nalangi duit jajan kalo kebetulan kantong lagi kempes.
    Saya percaya dibalik hal yang buruk pasti ada hal yang baik. Selalu. Jangan pernah ragu akan hal itu. Nah saya sekarang disini, nongkrong dikosan 3 meter x 3 meter untuk menjadi lebih yakin akan kepercayaan saya itu. Sehingga kehilangan komunitas yang kita cintai. Jauh dari keluarga. Atau jauh dari cinta juga bukan hal yang perlu ditangisi 3 hari 3 malam. Karena prinsipnya kita sama-sama masih ada di dunia. Lain ceritanya kalo ternyata saya adalah manusia istimewa yang hanya ada satu di dunia. Kemudian ketika dunia semakin porak poranda karena kondisi alam yang memburuk saya diterbangkan ke planet mars untuk memulai kehidupan baru disana. hehe. Kayal banget.
     Tapi tenang saja. Saya tidak pernah lupa akan kata-kata saya terhadap teman-teman saya. Jangan pernah terlalu nyaman pada satu kondisi. Karena itu, baru seminggu saya bekerja saya sudah menyiapkan rencana lain untuk mengembangkan kemampuan pribadi saya. Karena sebagai manusia kita punya sifat tamak. Tapi tamak untuk mengembangkan kemampuan dan belajar hal-hal baru saya rasa adalah sesuatu yang positif.
      Yah kita lihat saja sejauh mana saya bisa bertahan di kota perantauan ini. Lalu apa saja yang akan saya dapatkan. Kita bertemu lagi di post berikutnya. Pamit rumiyin mas-mas mbak-mbak, mangewu mangewu, sing penting trimo enak.tabi'.

No comments:

Post a Comment